Senin, 03 Juni 2013

Saat revolusi hampir mampir di Turki

Demonstrasi di Turki menolak mal. AFP

Banyak hal mencetus terjadinya perubahan dalam suatu negara. Bahkan negara dengan sistem demokrasi terhitung baik bisa bergejolak. Turki memanas.

Turki menjadi satu negara di Timur Tengah yang mendapat predikat baik soal demokrasi. Revolusi Arab bergema dari Libya hingga Suriah tak sedikit pun menyenggol negara itu. Turki terakhir bergejolak pada 1980.

Pemerintah Turki patut diacungi jempol sebab mampu mengendalikan rakyatnya namun ada saja pemantik dan kali ini warga tersulut rencana merombak taman jadi pusat perbelanjaan.

Situs theconversation.com menuliskan (3/6), Taman Gezi menjadi kebanggaan penduduk Kota Istanbul nampaknya bakal jadi sejarah jika pembuatan pusat perbelanjaan terbesar se-Turki terealisasi. Jelas warga tak sepakat lantaran ini salah satu ruang hijau di publik hingga pusat budaya serta politik Istanbul, Taksim.

Gerakan menentang pembongkaran Taman Gezi dimulai akhir bulan lalu akhirnya merangsek kekuatan 5.000 demonstran dalam unjuk rasa damai yang digelar namun berakhir ricuh. Polisi mengepung taman dan menembakkan gas air mata, meriam air serta peluru karet sebagai usaha membubarkan mereka terlibat aksi itu. Pengunjuk rasa tak punya tempat untuk lari.

Kondisi ini jelas tak biasa mengingat Turki salah satu negara mayoritas muslim berpaham sekuler modern.

Paling menjadi sorotan saat sebuah gambar memperlihatkan salah satu demonstran perempuan berpakaian merah disemprot wajahnya dengan gas air mata. Foto ini cepat beredar di jejaring sosial. Perempuan tidak diketahui namanya ini memicu perlawanan lebih kuat lagi.

Kemarahan massa terjadi seantero Turki. Ribuan warga di 67 wilayah turun ke jalan sebagai protes dan menuntut Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan untuk mundur. Mereka juga memberikan julukan diktator pada Erdogan lantaran pada awalnya mengabaikan protes dan bilang yang terjadi hanya provokasi kecil.

Dan, dia tetap tidak bergeming dari keputusannya mengubah Taman Gezi. Dia pun mengaku bingung pada gelar barunya, "Mereka memanggil saya diktator. Berarti mereka menyamakan dirinya dengan budak. Saya kehilangan kata-kata," ujar Erdogan.

Sumber :
http://www.merdeka.com/dunia/saat-revolusi-hampir-mampir-di-turki.html

noreply@blogger.com (rian saadillah sukamdi Yan) 04 Jun, 2013


-
Source: http://besoklagiaja.blogspot.com/2013/06/saat-revolusi-hampir-mampir-di-turki.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar