Sabtu, 08 Juni 2013

Taufiq Kiemas Sudah Berniat Pensiun


Ketua MPR sekaligus politisi senior PDIP, Taufiq Kiemas, wafat di Singapura karena penyakit jantung yang dideritanya. Suami Megawati Soekarnoputri itu meninggal di usia 70 tahun.
 
Jenazahnya akan tiba di Jakarta pukul 10.00 pagi ini, Minggu 9 Juni 2013, untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan memimpin langsung prosesi pemakaman.

Dalam sebuah wawancara dengan VIVAnews beberapa waktu lalu, Kiemas mengutarakan berniat pensiun dari dunia politik. Ia yakin generasi muda saat ini sudah siap untuk mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan di semua lini. "Masa depan bangsa berada di tangan generasi muda, bukan orang tua," kata Kiemas.

Politikus yang sudah kenyang makan asam garam itu berkali-kali menekankan pentingnya regenerasi kepemimpinan nasional di segala bidang. Itu pula yang ia dorong di internal partainya, PDIP.

Berikut kami suguhkan kembali petikan wawancara khusus dengan Taufiq Kiemas pada Februari 2013 ketika ia berada di Palembang, tanah asal ayahandanya dan tempat dia mengambil studi hukum di Universitas Sriwijaya pada tahun 1960-an:

Apa yang akan Anda lakukan setelah masa jabatan sebagai Ketua MPR berakhir tahun 2014?

Kalau saya masih dianggap ada gunanya, saya tetap bersedia disuruh sosialisasi empat pilar (Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia) oleh MPR. Tentu saya sebagai masyarakat biasa.

Apakah akan fokus mengurus PDIP setelah tak lagi jadi Ketua MPR?

Pensiun dulu lah. PDIP kan sudah banyak anak mudanya.

Apakah masih ingin jadi Ketua MPR lagi tahun 2014?

Tidak, cukup.

Apa sesungguhnya cita-cita Anda untuk bangsa? Kenapa mau menjadi Ketua MPR?

Saya jadi Ketua MPR yang paling mendorong itu anak-anak muda di PDIP. Mbak Puan (Maharani), misalnya, salah satu yang paling mendorong. Saya juga tidak mau kalau tidak terpilih jadi Ketua MPR secara aklamasi, karena Pancasila kan gotong royong.

Saya mau bangsa menjalankan empat pilar, yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Empat pilar itu roh bangsa. Tanpa itu, kita tidak punya kemerdekaan. Kita dulu punya Pancasila dulu, baru merdeka. Bukan merdeka dulu, baru punya Pancasila. Itu berbeda. Jadi penting sekali kita memperkenalkan kepada generasi muda bahwa kita punya dasar negara. Sosialisasi empat pilar ini sekarang sudah masif sekali.

Sosialisasi itu saya rasa cukup berhasil. Sekarang sudah banyak orang yang membicarakan soal kearifan lokal. Kami (MPR) sudah meneken MoU dengan seluruh bupati dan kepala daerah di seluruh Indonesia, juga DPRD tingkat II, tentang empat pilar ini.

DPR pun sudah berhasil menggolkan Pancasila dan budi pekerti masuk kurikulum. Itu kan luar biasa. Kami tidak mendoktrinasi. Kami sosialisasi. Kami punya jadwal sosialisasi dengan 300 organisasi, dari berbagai sekolah. Sosialisasi lewat outbond, cerdas cermat, dangdut, macam-macamlah.

Anda kerap mendorong anak muda berpolitik. Bagaimana Anda bergaul dengan para politisi muda itu, dan menyatukan pikiran dengan mereka?

Saya mengikuti pola pikir mereka, sebab mereka menafsirkan ajaran-ajaran apapun dengan kondisi terkini. Anak muda selalu memberi masukan. Kalau anak muda, habis membaca, lalu memberikan masukan buat saya. Kalah saya kan khayalan saja, cerita-cerita masa lalu. Hanya mengatakan bahwa perjuangan tidak boleh berhenti, tidak boleh tidak sabar, tidak boleh tidak santun. Tapi begitu kita tidak santun pada orang lain, ya selesai (mengingkari ucapan sendiri).

Anak-anak muda juga biasa kerja lapangan. Sementara saya tidak bisa kerja lapangan. Makanya kalau tak ada anak muda, saya tidak mengerti lapangan sama sekali. Dulu waktu pertama kali ada gerakan penyerangan ke PDIP tahun 1990-1996, anak muda di depan, sehingga saya tahu setiap ada kejadian di lapangan. Yang tahu anak-anak muda, bukan orang tua.

Anak muda juga buat saya lebih happy. Saya jadi ngerti lagi-lagu baru. Sekarang saya sudah kenal lagu Noah, "Separuh Aku", hahaha... Saya menikmati musik-musik anak muda. Dinamikanya saya suka. Saya suka anak-anak muda yang suka politik, musik. Semoga generasi ini tidak kena narkoba.

Punya wejangan khusus untuk anak-anak muda di PDIP menghadapi tahun politik 2013 ini?

Mereka pada lebih mengerti dan lebih pintar dari saya. Kalau saya ngomong sama anak muda, tidak bisa memaksakan kehendak. Sudah beda. Seperti waktu muda dulu ketika saya masuk Masyumi, pemikiran saya sudah beda sekali dengan ayah saya. Pikiran saya mungkin tidak masuk ke ayah saya. Sekarang saya juga sudah tidak masuk (mengerti) lagi cara berpikirnya Puan (Puan Maharani, putri Kiemas dan Megawati yang kini menjadi Ketua Fraksi PDIP di DPR).

Anda optimis PDIP akan menjadi partai pemenang Pemilu 2014?

Semua cita-citanya begitu, sebab kalau cita-citanya tidak begitu, ya tidak diikuti sama anak-anak muda. Sekarang kan anak muda banyak sekali. Jadi kalau merekrut anak-anak muda, pasti kita bercita-cita menang pemilu. Kalau tidak merekrut anak muda, menurut saya susah. Harus ada regenerasi terus-menerus. Regenerasi itu keniscayaan. Tidak mungkin ada pergantian pemerintahan kalau tidak ada regenerasi.

Anda bilang regenerasi, tapi dalam survei capres, nama-nama yang muncul kan itu-itu saja?

Saya yakin dalam setahun bisa berubah. Siapa yang menyangka Gus Dur dan SBY bisa jadi presiden. SBY dulu masih menjadi Komandan Korem di Yogyakarta, sekarang jadi Presiden. Saya sudah sebutkan di buku saya, arus bawah itu tidak bisa ditahan oleh siapapun. Itu sejarah.

***
Kini Taufiq Kiemas telah berpulang. Pria kelahiran Jakarta, 31 Desember 1943 itu menjadi anggota DPR/MPR RI sejak 1987 sampai akhir hayatnya. Dia hanya absen pada periode 1992-1999, ketika dia dan mereka yang kelak menjadi pendukung PDI Perjuangan, diberangus oleh rezim Orde Baru.

Sumber :
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/419285-taufiq-kiemas-sudah-berniat-pensiun

noreply@blogger.com (rian saadillah sukamdi Yan) 09 Jun, 2013


-
Source: http://besoklagiaja.blogspot.com/2013/06/taufiq-kiemas-sudah-berniat-pensiun.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar