Semasa hidupnya, Taufiq Kiemas dikenal supel bergaul dengan siapa saja, tak pandang kaya atau miskin. Taufiq bahkan mengenal dengaan baik sejumlah tetangga di kediamannya di Jalan Kebagusan Dalam VI RT 10 RW 04 Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Jagakarsa, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Jaelani, seorang pemuda di kompleks itu, mengatakan, Taufiq bergaul tanpa pandang status ataupun golongan. Ia, bergaul dengan siapa saja, termasuk anak muda seperti dirinya.
Saking akrab dengan pemuda sekitar rumahnya, Taufiq menyewa tanah yang ada dekat rumahnya untuk kegiatan umum. Lapangan yang disewa dengan harga Rp 25 juta per tahun itu biasa digunakan untuk olahraga hingga pesta warga
"Orangnya supel, baik sama siapa saja. Anak-anak muda di sini selalu diberi dorongan. Diapun aktif kalau kami bikin kegiatan," kata Jaelani saat ditemui di rumah duka, Sabtu 8 Juni 2013 malam.
Babinsa Koramil 03 Pasar Minggu, Sersan Mayor Billy, menambahkan, almarhum juga mengenalnya secara pribadi. Menurut Billy, Taufiq tak pernah lupa dengan orang yang ada di sekitarnya. "Sama saya saja, yang hanya Babinsa dia kenal. Dia orang yang ramah," ucap Billy didampingi pengurus DPC PDI-P Jakarta Selatan Ngatino.
Hafal Tamu MPR
Wakil Ketua MPR Hajrianto Y Tohari juga mengingat Taufiq seorang yang hafal dengan tamu-tamu yang datang ke gedung MPR. "Beliau mampu menyebutkan nama-nama tokoh yang datang ke MPR. Beliau menjadi tokoh tempat orang bertanya dari berbagai golongan," ujar politikus Golkar itu.
Sebelum wafat, suami Megawati Soekarnoputri itu, juga sempat melakukan komunikasi dengannya. "Saat itu dia mengatakan bahwa beliau sudah dapat keluar dari ruangan ICU, dan sudah dirawat di kamar biasa. Bahkan, di saat sakit, beliau masih sempat menanyakan beberapa tugas yang sudah dilewati yang sedang saya kerjakan, dan menanyakan kepada saya dan mengecek satu-satu," kata Hajrianto.
"Bahkan dia menanyakan siapa saja yang hadir saat melakukan beberapa pertemuan dan acara. Meski sakit, pikiran dia tetap pada pekerjaan."
Dalam biografi Taufiq Kiemas berjudul "Jembatan Kebangsaan: Biografi Politik Taufiq Kiemas", keluwesan Taufiq bergaul ini terbentuk sejak masih usia muda. Namun dalam berpolitik, pengalaman dipenjara selama satu setengah tahun di Rumah Tahanan Militer Budi Utomo yang membuatnya menghargai betul arti pertemanan.
Di penjara yang dikatakan Taufiq bak 'Hotel Indonesia' itu, dia berkumpul dengan tahanan-tahanan politik kaliber nasional dari berbagai aliran. Taufiq berkenalan tokoh-tokoh dari aliran Islam ekstrim, Soekarnois, dan kader-kader PKI dan organisasi massa underbouw-nya.
Taufiq tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Hampir tiap hari, dia menyambangi satu-satu tokoh-tokoh politik yang kebanyakan berafiliasi ke PKI itu. "Aku beruntung bisa belajar banyak dari tokoh-tokoh politik itu. Pengetahuan dan pengalaman politik mereka hebat-hebat," katanya dalam buku yang disusun Rustam F Mandayun, Muhammad Yamin, Helmy Fauzy dan Imran Hasibuan itu.
Satu setengah tahun mendekam di penjara itu membuat Taufiq mendapat ilmu politik yang banyak. Taufiq mendapatkan satu hal: "Kalau mau main politik, harus punya jaringan yang luas. Dan untuk membina jaringan politik itu, sikap apriori sedapat mungkin harus dihilangkan bahkan terhadap lawan politik sekalipun."
Begitu keluar, Taufiq pun belajar terbuka dengan berbagai aliran politik. "Saat itu aku berpikir harus belajar politik dari yang menang, bukan yang kalah," katanya. Dan pemenang krisis politik saat itu jelas hanya satu: tentara.
Jaelani, seorang pemuda di kompleks itu, mengatakan, Taufiq bergaul tanpa pandang status ataupun golongan. Ia, bergaul dengan siapa saja, termasuk anak muda seperti dirinya.
Saking akrab dengan pemuda sekitar rumahnya, Taufiq menyewa tanah yang ada dekat rumahnya untuk kegiatan umum. Lapangan yang disewa dengan harga Rp 25 juta per tahun itu biasa digunakan untuk olahraga hingga pesta warga
"Orangnya supel, baik sama siapa saja. Anak-anak muda di sini selalu diberi dorongan. Diapun aktif kalau kami bikin kegiatan," kata Jaelani saat ditemui di rumah duka, Sabtu 8 Juni 2013 malam.
Babinsa Koramil 03 Pasar Minggu, Sersan Mayor Billy, menambahkan, almarhum juga mengenalnya secara pribadi. Menurut Billy, Taufiq tak pernah lupa dengan orang yang ada di sekitarnya. "Sama saya saja, yang hanya Babinsa dia kenal. Dia orang yang ramah," ucap Billy didampingi pengurus DPC PDI-P Jakarta Selatan Ngatino.
Hafal Tamu MPR
Wakil Ketua MPR Hajrianto Y Tohari juga mengingat Taufiq seorang yang hafal dengan tamu-tamu yang datang ke gedung MPR. "Beliau mampu menyebutkan nama-nama tokoh yang datang ke MPR. Beliau menjadi tokoh tempat orang bertanya dari berbagai golongan," ujar politikus Golkar itu.
Sebelum wafat, suami Megawati Soekarnoputri itu, juga sempat melakukan komunikasi dengannya. "Saat itu dia mengatakan bahwa beliau sudah dapat keluar dari ruangan ICU, dan sudah dirawat di kamar biasa. Bahkan, di saat sakit, beliau masih sempat menanyakan beberapa tugas yang sudah dilewati yang sedang saya kerjakan, dan menanyakan kepada saya dan mengecek satu-satu," kata Hajrianto.
"Bahkan dia menanyakan siapa saja yang hadir saat melakukan beberapa pertemuan dan acara. Meski sakit, pikiran dia tetap pada pekerjaan."
Dalam biografi Taufiq Kiemas berjudul "Jembatan Kebangsaan: Biografi Politik Taufiq Kiemas", keluwesan Taufiq bergaul ini terbentuk sejak masih usia muda. Namun dalam berpolitik, pengalaman dipenjara selama satu setengah tahun di Rumah Tahanan Militer Budi Utomo yang membuatnya menghargai betul arti pertemanan.
Di penjara yang dikatakan Taufiq bak 'Hotel Indonesia' itu, dia berkumpul dengan tahanan-tahanan politik kaliber nasional dari berbagai aliran. Taufiq berkenalan tokoh-tokoh dari aliran Islam ekstrim, Soekarnois, dan kader-kader PKI dan organisasi massa underbouw-nya.
Taufiq tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Hampir tiap hari, dia menyambangi satu-satu tokoh-tokoh politik yang kebanyakan berafiliasi ke PKI itu. "Aku beruntung bisa belajar banyak dari tokoh-tokoh politik itu. Pengetahuan dan pengalaman politik mereka hebat-hebat," katanya dalam buku yang disusun Rustam F Mandayun, Muhammad Yamin, Helmy Fauzy dan Imran Hasibuan itu.
Satu setengah tahun mendekam di penjara itu membuat Taufiq mendapat ilmu politik yang banyak. Taufiq mendapatkan satu hal: "Kalau mau main politik, harus punya jaringan yang luas. Dan untuk membina jaringan politik itu, sikap apriori sedapat mungkin harus dihilangkan bahkan terhadap lawan politik sekalipun."
Begitu keluar, Taufiq pun belajar terbuka dengan berbagai aliran politik. "Saat itu aku berpikir harus belajar politik dari yang menang, bukan yang kalah," katanya. Dan pemenang krisis politik saat itu jelas hanya satu: tentara.
Sumber :
http://politik.news.viva.co.id/news/read/419263-taufiq-kiemas-kenal-babinsa-sampai-pemimpin-dunia
noreply@blogger.com (rian saadillah sukamdi Yan) 09 Jun, 2013
-
Source: http://besoklagiaja.blogspot.com/2013/06/taufiq-kiemas-kenal-babinsa-sampai.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar